AGROWIRA

Loading

Perkebunan Mangga

Syarat Iklim dan Lokasi Penanaman Budidaya Mangga Komersial

Sobat Agrowira, faktor iklim dan lokasi sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya mangga. Bila ingin berkebun mangga dengan sukses sebaiknya perhatikan dulu beberapa faktor-faktor berikut sebelum penanaman.

Iklim

Mangga dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah atau dataran tinggi, di daerah panas ataupun dingin, serta daerah yang sedikit hujan ataupun banyak hujan. Tanaman mangga dapat tumbuh pada temperatur 4 – 10 Celsius namun temperatur yang optimal untuk menunjang pertumbuhan dan produktivitasnya adalah antara 24 – 29 Celsius.

Jika tanaman mangga ditanam ditempat yang memiliki temperatur tinggi (46 – 49 Celsius) yang disertai angin kencang maka bisa menyebabkan buahnya mengalami luka bakar. Pada temperatur 44 Celsius dan kelembapan 15% di tempat terlindung, daun dan buah mangga yang masih kecil akan mengalami kerontokan, sementara pada buah yang berkembang besar akan menjadi buah tidak berbiji. Pada temperatur 42 – 44 Celsius mangga masih dapat hidup namun produktivitasnya rendah.

Curah Hujan

Curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pembentukan bunga dan buahnya. Tanaman ini lebih menyukai tidak ada hujan karena mangga menjadi tidak mudah terserang penyakit dan produktivitasnya menjadi lebih baik. Curah hujan yang tinggi atau kabut bisa menghambat proses pembentukan buah dan menjadi pemicu penyakit.

Di daerah-daerah yang curah hujannya tinggi, mangga hanya akan membentuk daun saja. Bahkan tanaman ini tidak akan membentuk bunga sama sekali sehingga tanaman tidak dapat berbuah. Saat musim pembungaan mangga terjadi hujan, maka akan mempengaruhi hal sebagai berikut:

  1. Hujan lebat menyebabkan luka pada bunga dan bahkan membuat bunga rontok
  2. Air hujan akan mencuci butir butir polen (tepung sari) dan membuatnya jatuh bersama dengan air hujan
  3. Selama musim hujan, serangga penyerbukan berkurang sehingga jumlah penyerbukan bunga menurun yang berakibat pada penurunan potensi hasil panen
  4. Hujan dapat menyebabkan udara menjadi lembab sehingga dapat menjadi pemicu serangan cendawan dan wereng pada bunga dan buah mangga
  5. Banyak embun dan kabut akan menggagalkan pemanenan karena banya bunga dan buah yang rontok

Mangga membutuhkan curah hujan minimal 1.000 mm per tahun dan musim kering selama 4 – 6 bulan per tahun. Setiap bulannya pada musim kering rata-rata hujan yang dibutuhkan tidak lebih dari 60 mm. Namun bila curah hujan telalu sedikit, mangga membutuhkan pengairan.

Ketinggian dari Permukaan Laut

Di iklim tropis, mangga dapat tumbuh sampai daerah pegunungan dengan ketinggian 1.300 mdpl. Namun, dipegunungan produksinya tidak akan bagus. Pertumbuhan optimal mangga bila ditanam pada daerah dataran rendah sampai menengah pada ketinggian 500 mdpl.

Pembungaan mangga juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat terhadap muka laut. Setiap kenaikan 130 mdpl, waktu pembungaan akan tertunda 4 hari dari masa pembungaan normalnya ketika ditanam di dataran rendah.

Angin

Angin yang kencang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman mangga karena mempercepat penguapan air dari tanah sehingga air yang diperlukan mangga untuk tumbuh optimal akan banyak berkurang. Dampak lain dari angin kencang adalah merontokkan buah muda, serta mematahkan cabang dan ranting. Bahkan terkadang angin yang terlalu kencang dapat merobohkan pohon mangga. Oleh sebab itu di area perkebunan mangga sebaiknya ditanami tanaman pematah angin misalnya Sengon Laut (Albizzia falcata Back).

Pada waktu tertentu, ujung mangga sebaiknya rajin dipangkas aga ketinggian tajuknya tidak melebihi pohon pemecah angin. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menanam mangga berbatang pendek atau yang perakarannya dalam.

Kondisi Tanah

Mangga dapat tumbuh baik di lokasi tanah yang remah dan berbutir-butir. Pada lahan yang demikian, lapisan tanahnya mudah ditembus akar sehingga cukup mendapatkan air, udara dan unsur hara. Mangga yang ditanam di tepi sungai besar biasanya pertumbuhannya akan bagus sekali karena banyak endapan hasil erosi lapisan tanah sehingga tanaman cukuo mendapatkan unsur hara.

Jika mangga ditanam di tanah yang bertesktur ringan dan berpasir, biasanya menghasilkan mangga dengan kualitas buah yang kurang baik yaitu rasa dagingnya menjadi hambar. Hal ini karena air siraman cepat sekali meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam sehingga tanaman sering mengalami kekurangan air.

Jika mangga ditanam di tanah yang bertekstur berat (lempung) juga kurang baik untuk pertumbuhan mangga karena pada saat musim hujan lahan sulit dikeringkan sehingga air mudah menggenang. Sebaliknya pada saat musim kemarau lahan berlempung menjadi keras menggumpal dan padat sehingga kandungan airnya terikat erat. Air yang tidak terikat pun kebanyakan sudah menguap.

Bila dilokasi penanaman memiliki tanah liat berlempung, sebaiknya sebelum penanaman dibuat lubang tanam dengan kedalaman sekurang-kurangnya 2 m. Tujuannya adalah agar air mudah menembus ke dalam sistem perakaran. Jika tanah berlempung terdapat di daerah dengan curah hujan yang tinggi, sebaiknya buatlah lubang tanam berukuran 1 m x 1 m x 1 m. Makin dalam dan lebar lubang tanamnya akan makin baik. Setelah lapisan tanah yang padat tertembus akar, pertumbuhan mangga bisa makin subur dan pesat terutama bila tanaman cukup mendapat air dan unsur hara.

Mangga dapat hidup pada kisaran pH tanah 5,5 – 7,5. Namun pH yang optimal untuk pertumbuhan mangga adalah 5,5 – 6,0. Lakukan pengukuran pH tanah sebelum penanaman dan lakukan penyesuai pH tanah dengan aplikasi dolomit jika lahan terlalu asam (pH dibawah 5,5) atau lakukan pemupukan dengan urea jika lahan terlalu basa / alkali (pH diatas 6,0)

Buah Mangga yang Masak Mengandung Banyak Vitamin dan Serat Bergizi

Jenis Varietas Mangga Komersial Indonesia Pekebun Mau Tanam Yang Mana?

Sobat Agrowira, tanaman Mangga adalah salah satu buah favorit pekebun Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tanaman dari genus Mangifera ini terdiri dari sekitar 62 spesies, namun hanya beberapa saja yang terkenal dibudidayakan oleh Petani Indonesia karena kualitas dan kuantitas produksi panennya.

Spesies Mangga yang Enak Dimakan

Dari 62 spesies genus Mangifera hanya 16 spesies yang buahnya enak dimakan dan tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia, hanya terdapat beberapa spesies varietas yang umum dibudidayakan karena sudah terkenal bagus mutunya, diantaranya sebagai berikut:

Mangga Golek

Penamaan mangga golek berasal dari bahasa Jawa yang artinya mencari. Penamaan jenis mangga ini dikarenakan setelah menikmati rasanya orang akan mencari lagi buah mangga yang baru saja dimakan tersebut.

Tanaman Mangga Golek memiliki ciri-ciri tanaman tidak begitu besar dan memiliki tinggi sekitar 9 meter. Tajuk pohonnya membulat dengan daun berbentuk lonjong dan pangkal daun agak runcing serta ujungnya seperti mata tombak. Panjang daun mangga golek sekitar 24 cm dan lebar 6 cm dengan jumlah tulang daun 24 pasang. Tepi daunnya sedikit bergelombang.

Bunga mangga golek merupakan bunga majemuk berbentuk seperti kerucut dengan panjang bunga 30 – 35 cm. Warna bunganya kuning bertangkai hijau muda. Mangga golek akan berbunga pada bulan Juli – Agustus dan dapat dipanen pada kisaran bulan September – November. Buahnya yang masih muda berwarna hijau muda dan setelah masak kulit pangkal sampai ke bagian tengahnya berubah warna menjadi kuning, sedangkan bagian tengah sampai pucuk menjadi kuning kehijauan dengan bagian pucuk lebih hijau.

Buah Mangga Golek
Buah Mangga Golek

Buah Mangga Golek berujung runcing dengan berat per buah bisa mencapai 500g dan panjang buahnya sekitar 17 cm. Kulitnya berselaput lilin tipis serta halus. Pada permukaan kulit buah terdapat bintik bintik kelenjar berwarba putih kehijauan yang akan berubah menjadi putih cokelat tua setelah masak. Daging buahnya tebal, lunak, berwarna kuning tua, tidak berserat, tidak berair sehingga jika diiris tidak banyam mengeluarkan air, aromanya cukup harum serta memiliki rasa manis. Bijinya berserat pendek serta berbentuk pipih memanjang dengan panjang sekitar 14 cm.

Mangga Arum Manis

Dinamakan Arum Manis karena buahnya berbau harum dan rasanya manis. Pohon mangga varietas ini tidak begitu besar dengan tinggi sekitar 9 meter dan berdaun lebat. Tanaman ini akan berbunga pada bulan Juli – Agustus dan bisa dipanen sekitar bulan September – November.

Buah yang sudah ranum berkulit hijau tua tertutup lapisan lilin sehingga warnya seperti hijau kelabu. Buah yang sudah masak, pangkalnya berwarna hijau kekuningan dengan ketebalan kulit sedang. Pada permukaan kulit terdapat bintik-bintik kelenjar berwarna putih kehijauan.

Buah Mangga Arum Manis
Buah Mangga Arum Manis

Bobot buahnya rata-rata bisa mencapai 450g per buah dengan bentuk buah bulat panjang sekitar 15 cm. Pada ujung buahnya membentuk paruh dan sinus (lekukan) yang terlihat jelas. Daging buahnya tebal dan lunak, berwarna kuning dan tidak berserat. Buah mangga arum manis tidak terlalu berair dengan biji pipih.

Mangga Manalagi

Jangan heran bila ketagihan dan meminta lagi saat memakan buah mangga manalagi, karena sesuai penamaannya rasanya seperti perpaduan antara rasa mangga golek dan arum manis.

Pohon mangga manalagi tidak begitu besar yaitu sekitar 8 meter dengan tajuk pohon bulat dan diameter tajuknya sekitar 12 meter. Varietas ini juga berbunga pada bulan Juli – Agustus dan dapat dipanen pada bulan September – November. Buah yang sudah tua memiliki kulit berwarna hijau kelabu dan tertutup lapisan lilin. Saat masak, pangkal buahnya akan berwarna kuning tetapi ujungnya masih hijau. Kulit buahnya tebal dengan permukaan berbintik-bintik berupa kelenjar keputihan yang bagian tengahnya akan berubah warna menjadi coklat setelah masak.

Buah Mangga Manalagi
Buah Mangga Manalagi

Bobot buah mangga manalagi bisa mencapai 500g per buah dengan panjang buahnya sekitar 16 cm. Daging buahnya tebal, tidak begitu berair, seratnya sangat halus serta berwarna kuning dan lunak. Rasanya manis, lezat, segar dan beraroma harum.

Buah yang sudah tua, walaupun belum masak rasanya sudah enak dan manis. Oleh sebab itu buah mangga manalagi bisa dipanen dalam kondisi masih keras tetapi ketika daging buahnya sudah terlihat menguning (pre-mature).

Jenis Mangga Komersial Lainnya

Selain ketiga jenis varieatas diatas, juga terdapat beberapa varietas yang lazim ditanam namun kurang umum ditemui dipasaran Indonesia yaitu sebagai berikut:

Nah Sobat Agrowira kira-kira mau tanam yang mana nih?

5 Tips Mengantisipasi Risiko Gagal Panen dan Kerugian Budidaya Cabai. Apa saja?

Gagal panen merupakan kerugian secara keseluruhan dari suatu kegiatan budidaya pertanian, sehingga hal tersebut sangat ditakutkan oleh petani. Kegagalan panen dapat disebabkan oleh beberapa sebab yaitu:

  1. Serangan Hama dan Penyakit
  2. Pengaruh Musim
  3. Bencana Alam seperti debu vulkanik, banjir dan tanah longsor
  4. Perubahan pasar
  5. Gangguan keamanan seperti pencurian dan pengrusakan

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari resiko gagal panen maupun resiko kerugian dalam budidaya pertanian cabai:

Bertanam Pada Waktu yang Tepat

Dalam kegiatan budidaya cabai, waktu tanam merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dengan baik, hal ini terkait dengan kapan waktu tanam dan kapan waktu panen yang tepat. Harga cabai pada saat masa panen menjadi pertimbangan untuk memprediksi nilai keuntungan yang akan diperoleh. Petani harus bisa memprediksi harga pada saat panen walaupun harga cabai cenderung flutuatif.

Oleh sebab itulah, petani harus memahami varietas cabai yang akan digunakan sebagai tanaman budidaya, karena beberapa varietas memiliki karakteristiknya sendiri yang meliputi tingkat produktivitas, kemampuan adaptasi, juga tingkat ketahanannya terhadap berbagai macam hama dan penyakit.

Gunakan Varietas Unggul

Bibit tanaman cabai harus dipilih berdasarkan sifat unggulnya terhadap waktu tanam (musim kemarau atau musim penghujan), tingkat produksi, hingga ketahanannya terhadap serangan hama dan penyakit.

Saat ini telah banyak tersedia bibit-bibit cabai hibrida yang diproduksi oleh pabrik dengan kualitas yang cukup baik. Pemilihan varietas cabai yang tepat akan mengoptimalkan proses budidaya maupun hasil produksi.

Terdapat beberapa varietas cabai dengan karakteristik yang beragam, ada yang memiliki keunggulan pada saat musim penghujan, tahan terhadap serangan penyakit, serta memiliki produksi yang maksimal. Sebaliknya ada pula varietas yang memiliki keunggulan pada saat musim kemarau seperti tahan kekeringan dan lain sebagainya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan jenis bibit cabai rawit yang sesuai dengan musim tanam.

Tanaman Cabai yang Terserang Penyakit Virus Mozaik Sangat Sulit Disembuhkan dan Dapat Berpengaruh Pada Turunnya Potensi Hasil Panen

Pilih Lokasi Budidaya yang Tepat

Budidaya tanaman cabai sebaiknya dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu lokasi yang tanahnya mengandung unsur hara yang tinggi, iklim yang mendukung seperti daerah pegunungan yang umumnya memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Tanaman cabai yang ditanam di areal persawahan dengan curah hujan yang tinggi, jika tidak memiliki sistem drainase yang baik maka akan membuat lahan tanam menjadi terlalu basah. Akibatnya unsur hara menjadi mudah larut serta mudah memicu berkembangnya berbagai macam penyakit.

Oleh sebab itu budidaya cabai di lahan persawahan membutuhkan perawatan yang intensif. Sedangkan budidaya di daerah pesisir yang kurang subur memerlukan pupuk yang lebih banyak serta perawatan yang lebih intensif. Tanaman cabai rawit yang tumbuh pada lahan yang kurang subur akan tumbuh tidak optimal serta hasil panennya rendah.

Faktor keamanan dilingkungan sekitar pertanian juga perlu diperhatikan sebab resiko pencurian dan pengrusakan tanaman disaat harga pasaran cabai melambung tinggi sering terjadi diberbagai wilayah di Indonesia. Berkoordinasi dengan pemerintah desa dan keamanan setempat adalah salah satu pilihan yang bijaksana sebelum melakukan usaha budidaya cabai dalam skala yang lebih luas.

Gunakan Teknik Budidaya yang Baik dan Benar (Good Agricultural Practices/ GAP)

Budidaya cabai dengan teknik yang tepat akan sebanding dengan hasil yang baik pula. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan budidaya tanaman cabai secara intensif, antara lain:

  • Peningkatan produksi sehingga petani mampu memenuhi permintaan pasar baik skala nasional maupun untuk komoditi ekspor
  • Peningkatan pemanfaatan sumber daya lahan
  • Peningkatan pemanfaatan tenaga kerja
  • Peningkatan sarana yang mendukung seperti penyediaan pupuk, obat-obatan serta kebutuhan budidaya lainnya

Tanaman cabai juga dapat ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayur lainnya, namun begitu, hasilnya akan kurang optimal mengingat tanaman cabai akan berebut zat zat makanan dengan tanaman tumpangsari jika ketersediaan unsur hara dalam tanah kurang. Oleh sebab itu pastika ketersediaan hara tanah selalu mencukupi jika dilakukan dengan sistem tumpang sari.

Sistem pertanian tumpang sari umumnya dilakukan oleh petani di daerah pegunungan karena tanahnya memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.

Budidaya Cabai Merah Besar dengan sistem tumpang sari tanaman Kubis di Tumpang, Kabupaten Malang (Dokumentasi 2015)

Perawatan Tanaman Secara Intensif

Tanaman cabai akan menghasilkan panen yang maksimal jika dirawat secara intensif. Sebaliknya tanaman yang tidak dirawat akan menunjukkan pertumbuhan yang tidak optimal serta hasil produksinya menjadi rendah. Perawatan tanaman meliputi:

  • Pemberian pupuk secara tepat dan teratur baik pupuk kandang maupun pupuk kimia (Urea, TSP, KCL) serta pupuk mikro lainnya
  • Pengendalian hama dan penyakit secara tepat
  • Pembersihan gulma secara rutin terutama pada musim hujan
  • Penyiraman secara teratur sesuai kebutuhan

Nah Sobat Agrowira, berikut tadi adalah 5 tips mengantisipasi resiki gagal panen dan kerugian pada budidaya cabai.

Step by Step Cara Budidaya Cabai di Kebun

Sobat Agrowira, budidaya cabai di kebun memerlukan keterampilan dan teknik yang tepat untuk menghasilkan panen cabai yang berkualitas dan menguntungkan. Dalam video tutorial berikut ini membahas secara detail langkah step by step cara membuka lahan budidaya cabai di kebun sesuai kaidah Good Agriculture Practice (GAP) Budidaya Cabai. Simak videonya dan jangan lupa untuk klik like, share dan subscribe channelnya ya!

Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Serai Wangi

Tanaman sereh merupakan tanaman herbal yang relatif umum dijumpai ditanam di pekarangan rumah atau kebun-kebun. Tanaman ini banyak digunakan dalam masakan Indonesia juga. Demikian pula umum ditemukan sebagai salah satu bahan pada makanan dan minuman di Asia. Dalam industri spa dan aroma terapi, minyak tanaman sereh telah banyak digunakan sebagai minyak pijat. Minyak aromatik yang dihasilkan dari tanaman sereh digunakan untuk dupa atau lilin aromatik. Selain penggunaan tersebut, beberapa penelitian terhadap manfaat minyak sereh juga menunjukkan bahwa adanya manfaat sebagai pestisida dan pengawet. Aplikasi ekstrak sereh menurut beberapa penelitian yang dapat bekerja sebagai pembasmi ulat.

Aspek manfaat terhadap lingkungan dari tanaman sereh tidak dapat dianggap remeh. Tanaman sereh dapat hidup dalam kondisi ekstrim seperti tanah yang miskin hara, tanah basa, lereng terjal, dan hutan yang terdegradasi. Akarnya mampu menahan tanah sehingga banyak direkomendasikan sebagai tanaman pencegah erosi. Tanaman ini termasuk dalam daftar klasifikasi tanaman pelindung tanah atau tanaman konservasi lahan.

Morfologi Tanaman Serai Wangi

Tanaman sereh atau sering juga disebut sereh wangi, sereh dapur; merupakan keluarga Gramineae. Nama botani untuk sereh adalah Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Tanaman sereh yang banyak dijumpai di Indonesia adalah dari species yang dikenal sebagai West Indian Lemongrass. Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. diperkirakan merupakan tanaman asli di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Indonesia, juga di India bagian selatan, Srilangka, dan Malaysia.

Cymbopogon citratus adalah tanaman menahun dengan tinggi antara 50 – 100 cm. Memiliki daun tunggal berjumbai yang dapat mencapai panjang daun hingga 1 m dan lebar antara 1,5 – 2 cm. Tulang daun sejajar dengan tekstur permukaan daun bagian bawah yang agak kasar. Batang tidak berkayu dan berwarna putih keunguan. Memiliki perakaran serabut. Tanaman ini tumbuh berumpun.

Sereh termasuk jenis tanaman perenial yang tumbuh dengan cepat (fast growing). Tinggi tanaman dewasa dapat mencapai sekitar 1 meter. Tanaman tropis ini dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 10 hingga 33 0C dengan sinar matahari yang cukup. Pertumbuhan tanaman yang baik dapat dipereoleh pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 700 – 3000 mm dengan hari hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun. Tanaman sereh dari species Cymbopogon citratus dapat tumbuh dengan optimal hingga ketinggian 1000 meter dpl. Penanaman pada tanah dengan pH antara 5 – 7 dan memiliki drainase yang baik merupakan kondisi yang cukup ideal bagi sereh.

Persiapan Lahan Budidaya Serai Wangi

Lahan diolah melalui tahap-tahapan sebagai berikut:

  • Mencangkul lahan untuk mendapatkan tekstur tanah yang baik.
  • Membuat guludan selebar 120 cm dan tinggi sekitar 30 – 40 cm (Gambar 2).
  • Arah guludan sebaiknya memanjang timur-barat jika memungkinkan.
  • Pemberian pupuk kandang pada awal masa tanam sebanyak 8 – 10 kg per bedeng guludan
  • Penutupan bedeng guludan menggunakan mulsa plastik dua sisi (hitam dan perak) dengan sisi perak menghadap ke luar (Gambar 4).
  • Melubangi mulsa plastik untuk lubang tanam dengan diameter lubang + 15 cm.

Penanaman Bibit Serai Wangi

Tanaman sereh yang ditanam dapat langsung menggunakan rumpun sereh dari species Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. yang dikenal di Indonesia sebagai sereh dari India barat. Bibit yang ditanam berupa stek anakan yang didapat dengan cara memecah rumpun yang berukuran besar. Tanaman yang akan distek dipotong daunnya hingga sekitar 3- 5 cm dari pelepah daun. Demikian pula dengan akar, dikurangi dengan pemotongan hingga menyisakan sekitar 2,5 cm di bawah leher akar.

Penyulaman tanaman sereh dapat dilakukan sekitar 2 – 3 minggu setelah tanam pada saat dilakukan pengontrolan kondisi tanaman. Tanaman yang tumbuh kurang sempurna atau layu dapat disulam dengan stek tanaman yang baru untuk menjaga hasil produksi nanti.

Pemupukan Serai Wangi

Pemberian pupuk yang baik adalah disesuaikan dengan kondisi tanah tempat budidaya tanaman sereh. Namun secara umum panduan untuk pemupukan budidaya tanaman sereh adalah sekitar 150 – 300 kg urea, 25 – 50 kg TSP, 125 – 250 kg KCl per hektar yang diaplikasikan sekali setahun.

Irigasi

Tanaman sereh species Cymbopogon citratus relatif tahan kering . Dengan curah hujan sekitar 3000 mm/tahun untuk kabupaten Tabanan (BPS Prov.Bali, 2010) maka irigasi tidak menjadi masalah untuk budidaya sereh di wilayah tersebut. Tanaman cukup mengandalkan air hujan. Kecuali dalam kondisi iklim yang ekstrem

tanpa hujan maka dapat dilakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga  tanaman tetap tumbuh dengan normal. Sereh dapat tumbuh cukup optimal di daerah-daerah lahan kering dengan curah hujan per tahun antara 700 hingga 3000 mm.

Pembersihan Gulma dan Pengendalian Hama

Pembersihan gulma cukup dilakukan secara manual. Umumnya hanya dilakukan 2 sampai 3 kali dalam satu tahun. Terutama pada permulaan musim hujan dan akhir musim hujan saat gulma tumbuh dengan subur. Cara ini memungkinkan budidaya tanaman sereh yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan zat kimia dalam pemberantasan gulma. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan metode ramah lingkungan pula. Sebagai contoh, apabila terdapat serangan ulat pada batang bawah sereh maka rumpun yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. Serangan hama cacing tanah dapat diatasi dengan melapisi guludan dengan plastik selama beberapa hari sehingga efek panas yang terjadi dapat membunuh hama cacing ini. Pengendalian hama cacing juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman kemitir/gumitir/kenikir (Tagetes sp.) yang dapat mengontrol keberadaan cacing tanah.

Tanaman Sereh di Candikuning, Baturiti – Tabanan

Panen dan Pasca Panen

Panen pertama tanaman sereh dapat dilakukan sekitar 6 bulan setelah waktu tanam. Selanjutnya bila tanaman sudah memasuki umur produktif maka dapat dilakukan panen setiap 3 – 4 bulan sekali.

Tanaman yang telah siap panen memiliki ciri fisik jumlah daun tua 6 – 8 lembar pada setiap rumpunnya. Biasanya memiliki daun warna hijau tua. Apabila daun diremas, maka akan tercium aroma wangi yang kuat.

Tanaman sereh dipanen dengan cara memangkas tanaman secara manual. Pemangkasan dilakukan dengan menyisakan 2 – 3 cm dari pangkal daun. Pemangkasan yang terlalu pendek dapat menghambat pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Sebaiknya panen dilakukan pada pagi hari dan cuaca cerah untuk mempertahankan kandungan minyak esensial pada tanaman. Kandungan minyak paling optimal terdapat pada bagian daun.

Daun Serai Wangi Dalam Proses Pengeringan Selama 2-3 Hari

Minyak atsiri dari daun sereh merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Beberapa manfaat produk olahan dari minyak atsiri sereh cukup beragam, diantaranya untuk kosmetik, farmakologi, anti bakteri, maupun anti serangga. Untuk memperoleh minyak sereh dalam jumlah maksimal, kualitas atsiri yang optimal, serta biaya produksi atsiri yang ekonomis, daun yang telah dipanen perlu untuk dikeringkan. Proses pengeringan daun yang baik adalah dengan kering angin dan menghindari sinar matahari untuk memperoleh kualitas minyak atsiri yang baik. Daun sereh perlu dibolak-balik secara kontinyu selama proses pengeringan yang membutuhkan waktu sekitar 2 – 3 hari untuk memperoleh kondisi kering daun yang merata dan optimal.

Proses Penyulingan Daun Seerai Wangi Dengan Ketel Uap

Daun yang telah kering selanjutnya dapat diambil minyaknya dengan alat penyuling. Untuk memudahkan proses penyulingan dan mengoptimalkan perolehan minyak, daun yang telah kering dapat dicacah terlebih dahulu seblum dimasukkan ke dalam ketel penyulingan. Tujuan dari pencacahan ini adalah untuk mengoptimalkan pengisian ketel penyulingan sehingga dapat menghemat pemakaian bahan bakar yang diperlukan dalam proses ini. Selama proses penyulingan ini, uap air dan minyak sereh akan terpisah karena perbedaan berat jenis. Uap minyak sereh yang lebih ringan akan mengalir ke bagian atas tabung pemisah dan selanjutnya diembunkan untuk ditampung dalam botol.

Meningkatkan Produksi Jahe Dengan Aplikasi ZPT Hormon Giberelin

Ada beberapa cara untuk meningkatkan hasil produksi rimpang jahe, salah satunya adalah dengan aplikasi hormon tanaman atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) tanaman. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari hormon yang sesuai untuk meningkatkan produksititas rimpang. Hormon tanaman yang sudah terbukti bisa meningkatkan produksi rimpang jahe adalah hormon giberelin yang disemprotkan dengan konsentrasi sangat tinggi (150 ppm). Hasil penelitian Sengupta et al. (2008) aplikasi giberelin bisa meningkatkan produksi rimpang jahe hingga 50% daripada rimpang jahe yang tidak diberi perlakuan giberelin. Dalam literaturnya Sengupta et al (2008) itu disebutkan jika produksi rimpang jehe yang diberi aplikasi giberelin mencapai 69,86 ton/ha, sedangkan yang tidak menggunakan giberelin hanya 45,60 ton/ha. Berikut ini cara praktis aplikasi giberelin untuk meningkatkan produksi rimpang jahe. Perlu Diperhatikan bahwa aplikasi hormon giberelin harus dibarengi dengan ketersediaan hara/pupuk di dalam media tanam jahe. Produksi rimpang yang tinggi membutuhkan ketersediaan hara yang tinggi juga, salah satunya dengan aplikasi pupuk organik cair (POC).

Aplikasi Hormon Giberelin Dapat Meningkatkan Bobot Rimpang Jahe

Cara Membuat Larutan Stok Hormon Giberelin

Hormon Giberelin (GA3) dapat dibeli ditoko-toko pertanian atau kimia pertanian. Untuk hormon yang berbentuk serbuk, cara persiapannya sebagai berikut:

  1. Masukkan 1 gr serbuk hormon giberelin ke dalam gelas kaca atau jika ada gelas beker atau erlenmeyer 1000ml.
  2. Tambahkan 10 ml ethanol absolut (>95%) dan diaduk hingga larutan hormon larut. Jika hormon belum larut, tambahkan sedikit demi sedikit etanol hingga semua hormon terlarut sempurna.
  3. Tambahkan air hingga volumenya mencapai 1000 ml atau 1 L. Aduk hingga semua hormon tercampur merata.
  4. Untuk pembuatan larutan yang lebih banyak, volume etanol dan air yang digunakan dikalikan dengan berat (gr) hormon yang akan dilarutkan.
  5. Masukkan larutan hormon ke dalam botol. Larutan hormon siap diaplikasikan ke tanaman jahe. Botol disimpan di tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung.

Aplikasi Hormon Giberelin Pada Jahe

  1. Ambil 150ml larutan hormon giberelin yang sudah dibuat sebelumnya.
  2. Tambahkan dengan air bersih sebanyak 850ml hingga volumenya 1 liter.
  3. Larutan diaduk hingga tercampur merata.
  4. Larutan hormon giberelin siap disemprotkan ke tanaman.
  5. Untuk volume yang lebih banyak, kalikan volume di atas dengan volume yang diinginkan. Misal, untuk satu tangki semprot 14L, volume larutan stok hormon yang diperlukan adalah 150ml x 14 = 2,1 L.
  6. Satu rumpun jahe memerlukan kurang lebih 15-20 ml larutan hormon. Satu tangki 14L cukup untuk menyemprot 700 rumpun jahe.

Aplikasi hormon giberelin diberikan dua kali saja, yaitu pada tanaman jahe usia 90 hst dan 120 hst atau pada awal fase percabangan tiga dan fase pembesaran rimpang.

Cara Mudah Menanam Cabai Rawit di Kebun

Sobat Agrowira, menanam cabe rawit itu menyenangkan sekaligus menguntungkan lho!. Cabe rawit adalah satu tanaman primadona petani yang menguntungkan untuk ditanam karena permintaan pasar yang tinggi serta harga pasar yang cukup baik dengan kecenderungan naik setiap tahunnya.

Cabe rawit adalah salah satu jenis cabe yang populer di Indonesia karena kepedasannya yang menggigit dan dapat digunakan sebagai bumbu pelengkap dalam banyak masakan. Menanam cabe rawit di kebun bisa menjadi bisnis sekaligus hobi yang menyenangkan dan menguntungkan. Meskipun Anda mungkin tidak memiliki pengalaman dalam berkebun, berikut adalah panduan langkah demi langkah tentang cara menanam cabe rawit yang mudah di kebun Anda.

Langkah 1: Persiapan Lahan

Sebelum Anda mulai menanam cabe rawit, pastikan Anda memiliki lahan yang cukup terbuka dan terkena sinar matahari penuh. Cabe rawit memerlukan cahaya matahari sepanjang hari untuk tumbuh dengan baik. Bersihkan lahan dari gulma dan bebatuan, dan pastikan tanahnya gembur dan subur.

Cabe rawit sangat baik ditanam di pekarangan terbuka yang mendapat sinar matahari penuh karena ini akan membantu pelebatan buah cabe rawit. Tanaman ini kurang baik jika ditanam didekat naungan, baik itu berupa naungan pohon atau teras dan dinding rumah jadi pastikan area yang akan dibuat menanam bebas dari naungan sinar matahari.

Guludan Tanaman Cabe Rawit

Untuk menanam cabe rawit di kebun, terlebih dahulu digemburkan dengan menggunakan cangkul atau traktor tujuannya untuk menggemburkan dan membalik tanah sehingga mempermudah akar tanaman cabe rawit untuk tumbuh dan berkembang. Tanah yang telah diolah kemudian dibentuk guludan / bedengan, hal ini berfungsi sebagai pemisah areal tanaman dengan jalan akses petani serta untuk memperbaiki drainase kebun. Bedengan dibentuk dengan arah membujur ke timur-barat, hal ini bertujuan agar sinar matahari dapat diterima secara merata oleh seluruh tanaman sepanjang hari. Lebar bedengan dibuat berkisar antara 100 – 120 cm, sementara tinggi bedengan dibuat antara 30 -50 cm tergantung musim penanaman. Jika penanaman dilakukan pada musim kemarau, maka tinggi bedengan dibuat antara 30 – 40 cm, sedangkan jika dilakukan pada musim penghujan atau di areal persawahan, maka tinggi bedengan dibuat sekitar 50 – 70 cm, hal ini bertujuan untuk menghindari resiko tanaman tergenang air saat hujan atau banjir.

Ukuran Bedengan Kebun Cabe Rawit

Tanah yang gembur dan subur untuk tanaman cabe rawit adalah salah satu kunci sukses penanaman. Tanaman ini menyukai tanah dengan kondisi pH tanah yang netral namun masih dapat tumbuh pada kondisi pH tanah antara 5-6. Jadi lakukan pengukuran pH tanah setelah selesai menyiapkan guludan / bedengan kebun, sebelum memulai penanaman kemudian lakukan penebaran kapur dolomit untuk menyesuaikan pH tanah yang terlalu asam.

Berikut ini adalah acuan pengapuran tanah pada berbagai kondisi pH tanah kebun:

NopH TanahKebutuhan Kapur Dolomit (ton/hektar)
14,010,24
24,19,76
34,29,28
44,38,82
54,48,34
64,57,87
74,67,39
84,76,91
94,86,45
104,95,98
115,05,49
125,15,02
135,24,54
145,34,08
155,43,60
165,53,12
175,62,65
185,72,17
195,81,69
205,91,23
216,00,75
Tabel 1. Acuan Aplikasi Pengapuran Lahan Kebun Cabe Rawit

Setelah penyesuaian pH tanah pada bedengan selesai, selanjutnya lakukan pemberian pupuk dasar. Pupuk yang dapat diberikan adalah pupuk kimia atau pupuk organik, maupun kombinasi keduanya. Berikut ini anjuran kombinasi pemupukan dasar untuk cabe rawit. Anda dapat menggunakan Pupuk Kandang sebanyak 25 – 30 ton per hektar (sesuaikan jumlahnya untuk lahan dibawah 1 hektar).

Perlu diingat bahwa pupuk kandang yang diaplikasikan haruslah pupuk yang sudah matang yaitu sudah tidak berbau dan berfermentasi karena pupuk kandang yang masih belum matang akan mengakibatkan tanaman terjangkit bakteri yang dapat merusak tanaman serta pupuk kandang yang masih berfermentasi dapat mengakibatkan panas yang menghambat perakaran tanaman.

Langkah 2: Pemilihan Varietas

Pilih varietas cabe rawit yang sesuai dengan preferensi Anda. Ada banyak jenis cabe rawit dengan berbagai tingkat kepedasan dan warna yang berbeda. Varietas yang umum termasuk cabe rawit merah, hijau, kuning, atau bahkan ungu. Pertimbangkan juga tingkat kepedasan yang Anda inginkan.

Langkah 3: Persiapan Bibit

Ada dua cara yang umum digunakan untuk menyiapkan bibit cabe rawit: dari biji atau dengan menggunakan potongan cabang. Jika Anda memilih biji, Anda dapat membeli bibit cabe rawit di toko perkebunan atau menyimpan biji dari cabe rawit yang sudah matang. Namun, jika Anda ingin hasil yang lebih cepat, gunakan potongan cabang yang sudah memiliki akar.

Langkah 4: Penanaman

  • Dari Biji: Jika Anda memulai dengan biji, taburkan biji cabe rawit ke dalam pot berukuran sedang yang berisi campuran tanah dan pupuk organik. Tutup biji dengan lapisan tipis tanah dan semprotkan air untuk menjaga kelembaban. Letakkan pot di tempat yang terkena sinar matahari penuh dan pastikan tanah tetap lembab.
  • Dari Potongan Cabang: Jika Anda menggunakan potongan cabang, cukup letakkan potongan tersebut di tanah dengan kedalaman sekitar 2-3 cm. Pastikan potongan tersebut sudah memiliki akar sebelum menanamnya.

Langkah 5: Perawatan

  • Pemupukan: Beri pupuk organik atau pupuk kandang secara berkala untuk memastikan tanaman cabe rawit mendapatkan nutrisi yang cukup.
  • Pengairan: Cabe rawit membutuhkan penyiraman teratur, terutama pada musim kemarau. Jaga kelembaban tanah tetap konsisten, tetapi hindari tanah yang terlalu basah.
  • Pemangkasan: Pemangkasan cabang-cabang yang tua atau rusak akan membantu pertumbuhan tanaman yang lebih baik.

Langkah 6: Perlindungan dari Hama dan Penyakit

Cabe rawit rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Gunakan insektisida organik atau neem oil untuk melindungi tanaman Anda dari hama seperti ulat dan kutu. Juga, pastikan tanah dan tanaman tetap bersih untuk mencegah pertumbuhan jamur dan penyakit.

Langkah 7: Panen

Cabe rawit biasanya bisa dipanen setelah 2-3 bulan penanaman, tergantung pada varietasnya. Panen cabe rawit ketika buah sudah mencapai ukuran yang diinginkan dan warnanya telah matang. Anda dapat menggunakan gunting taman untuk memotong cabang-cabang yang berbuah.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat menanam cabe rawit dengan mudah dan murah di kebun pekarangan Anda sendiri. Selamat menikmati panen cabe rawit segar untuk digunakan dalam berbagai hidangan yang lezat!

Verified by MonsterInsights