AGROWIRA

Loading

Bukan Emisi Gas Industri, Ternyata “Kentut Sapi” Adalah Kontributor Utama Meningkatnya Gas Rumah Kaca

Peternakan Sapi yang meningkat karena kebutuhan pangan di Pedesaan adalah penyebab utama emisi gas rumah kaca

Bukan Emisi Gas Industri, Ternyata “Kentut Sapi” Adalah Kontributor Utama Meningkatnya Gas Rumah Kaca

Sobat Agrowira, selama ini ilmuwan dan pemerhati lingkungan hidup sepakat bahwa meningkatnya emisi karbon ke atmosfer yang menjadi kontributor utama pemanasan global (global warming) adalah bersumber dari emisi gas karbon pembakaran bahan bakar fosil yang berupa gas, minyak bumi, dan batubara di berbagai sektor industri, transportasi dan pertambangan selain itu juga berasal dari kegiatan pembabatan hutan (deforestasi) untuk kepentingan budidaya kelapa sawit, industri bahan baku kayu dan turunannya seperti pembuatan kertas, material bangunan dan mebel, serta kegiatan penangkapan ikan dan perusakan habitat karang laut.

Namun data penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa kegiatan peternakan adalah kontributor utama pemanasan global yang selama ini disembunyikan dan tidak diperhatikan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kip Andersen & Keegan Kuhn, aktivis lingkungan hidup di Amerika Serikat. Menurut Kip Andersen dalam kampanye lingkungan hidupnya berjudul Cowspiracy pada 2014, data penelitian dari U.S Energy Information Administration (EIA) mengungkapkan bahwa:

Aktivitas peternakan bertanggung jawab atas 65% dari seluruh emisi gas dinitrogen oksida (NO2) yang disebabkan oleh manusia – gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global 296 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida (CO2), dan bertahan di atmosfer selama 150 tahun.

Pernyataan ini juga telah didukung oleh laporan FAO terkait dampak aktivitas peternakan intensif yang dilakukan diberbagai negara di dunia (Baca laporan lengkap FAO)

Grafik Trend Peningkatan emisi gas NO2 dari tahun 1990 – 2009 (Sumber: U.S EIA)

Lebih lanjut mengenai emisi gas rumah kaca (GRK) dari golongan gas NO2 ini FAO memberikan keterangan kunci dan temuan terkait emisi gas rumah kaca dari aktivitas peternakan yang dirangkum sebagai berikut:

  • Total emisi dari peternakan global: 7,1 Gigaton setara CO2 per tahun, mewakili 14,5 persen dari seluruh emisi GRK (Gas Rumah Kaca) antropogenik. Angka ini sejalan dengan penilaian FAO sebelumnya, Livestock’s Long Shadow, yang diterbitkan pada tahun 2006, meskipun penilaian ini didasarkan pada analisis yang jauh lebih rinci dan kumpulan data yang lebih baik. Kedua angka tersebut tidak dapat dibandingkan secara akurat karena periode referensi dan sumbernya berbeda.
  • Sapi (yang dipelihara untuk diambil dagingnya dan susunya, serta untuk hasil yang tidak dapat dimakan seperti pupuk kandang dan tenaga angin) adalah spesies hewan yang paling banyak menghasilkan emisi, mewakili sekitar 65% emisi sektor peternakan.
  • Dari segi aktivitas, produksi dan pengolahan pakan (termasuk perubahan penggunaan lahan) dan fermentasi enterik dari hewan ruminansia merupakan dua sumber utama emisi, masing-masing mewakili 45 dan 39 persen dari total emisi. Penyimpanan dan pengolahan kotoran mewakili 10 persen. Sisanya berasal dari pengolahan dan pengangkutan produk hewani.
  • Di seluruh aktivitas dan spesies, konsumsi bahan bakar fosil di sepanjang rantai pasokan menyumbang sekitar 20 persen emisi sektor peternakan.
  • Berdasarkan komoditas, daging sapi dan susu sapi merupakan penyumbang emisi terbanyak, masing-masing menyumbang 41 persen dan 20 persen dari keseluruhan keluaran GRK sektor ini. (Angka ini tidak termasuk emisi dari kotoran sapi dan sapi yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik).
  • Diikuti oleh daging babi (9 persen emisi), susu dan daging kerbau (8 persen), daging ayam dan telur (8 persen), serta susu dan daging ruminansia kecil (6 persen). Emisi yang tersisa berasal dari spesies unggas lain dan produk yang tidak dapat dimakan.
  • Intensitas emisi (yaitu emisi per unit produk) bervariasi dari satu komoditas ke komoditas lainnya. Kandungan tertinggi terdapat pada daging sapi (hampir 300 kg CO2-eq per kilogram protein yang dihasilkan), diikuti oleh daging dan susu dari ruminansia kecil (masing-masing 165 dan 112kg CO2-eq.kg). Susu sapi, produk ayam, dan daging babi memiliki intensitas emisi rata-rata global yang lebih rendah (di bawah 100 CO2-eq/kg.) (Pada tingkat sub-global, dalam setiap jenis komoditas terdapat variabilitas intensitas emisi yang sangat tinggi, sebagai akibat dari perbedaan intensitas emisi. praktik dan masukan untuk produksi yang digunakan di seluruh dunia.
  • Emisi enterik dan produksi pakan (termasuk pengendapan kotoran di padang rumput) mendominasi emisi dari produksi ruminansia. Dalam rantai pasokan babi, sebagian besar emisi terkait dengan pasokan pakan dan penyimpanan kotoran dalam proses pengolahan, sedangkan pasokan pakan mewakili sebagian besar emisi dalam produksi unggas, diikuti oleh konsumsi energi.
  • Sekitar 44 persen emisi peternakan berbentuk metana (CH4). Sisanya hampir terbagi rata antara Nitrous Oxide (N2O, 29 persen) dan Karbon Dioksida (CO2, 27 persen). Artinya, rantai pasok peternakan mengeluarkan:
    • Gt CO2-eq CO2 per tahun, atau 5 persen emisi CO2 antropogenik (IPCC, 2007)
    • 3,1 Gt CO2-eq CH4 per tahun, atau 44 persen emisi CH4 antropogenik (IPCC, 2007)
    • 2 Gt CO2-eq N2O per tahun, atau 53 persen emisi N2O antropogenik (IPCC, 2007)

Menghabiskan Sumber Daya Air Tawar Dunia

Selain sebagai aktor utama peningkatan emisi Gas Rumah Kaca, Peternakan juga berkontribusi pada menipisnya cadangan sumber daya air tawar. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh jurnal hasil penelitian Pimentel, David, et al. “Water Resources: Agricultural and Environmental Issues”. BioScience. (2004) 54 (10): 909-918

Konsumsi air untuk peternakan berkisar antara 34-76 triliun galon per tahun.

Sederhananya, untuk memproduksi 1 pound (0,45 Kg) daging sapi membutuhkan 2.500 galon air segar yang setara dengan 9463,529 Liter air. Jumlah ini cukup mencengangkan dalam hal penggunaan air. Hal ini bahkan lebih buruk daripada memboroskan air ketika meninggalkannya terbuka di kran air atau dari aktivitas pemborosan manusia sehari-hari. Dengan catatan, Jumlah air yang digunakan untuk menghasilkan 1 Pound daging sapi sangat bervariasi dari 442 – 8000 galon. Angka konservatif yang banyak dikutip yaitu 2500 galon per pound daging sapi AS berasal dari pernyataan Dr. George Borgstrom, Ketua Departemen Ilmu Pangan dan Nutrisi Manusia dari Sekolah Tinggi Pertanian dan Sumber Daya Alam, Universitas Negeri Michigan, “Impacts on Demand for and Quality of land and Water“.

Kurangi Konsumsi Daging

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa permintaan manusia terhadap konsumsi daging dan produk turunannya seperti susu, telur, keju telah berdampak buruk bagi lingkungan. Sudah sewajarnya jika kita menelaah kembali kebiasaan kita untuk memakan daging. Apakah perlu memakan daging terlalu banyak sehingga merusak lingkungan hidup kita? Jawabannya berasal dari hati nurani kita masing-masing. Jika anda masih peduli dengan lingkungan hidup, Mari bervegetarian!

Infografis Cowspiracy
Infografis Cowspiracy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights